Tuesday, 13 August 2013

PAHIT

Waktu terkadang tak sama. Terasa begitu lama jika kita menunggu, dan akan berjalan sebaliknya jika kita melakukan banyak aktifitas yang kita senangi. Bagi Rino ini adalah hari yang panjang. Tak henti hentinya dari tadi ia melihat jam untuk sekedar melihat pukul berapa sekarang. Sesekali tangannya mengecek hape yang berada di meja dekat ia duduk. Ia seperti menunggu sesuatu, menunggu sebuah jawaban atas semua perasaan yang ia rasakan selama ini. Perasaan yang sampai sekarang ia sendiri tak tau mau dibawa kemana. Semua karena satu orang, ya tidak lain dan tidak bukan adalah Nisa.

Nisa memang akhir akhir ini sedang dekat dengan Rino. Semua berawal dari sebuah pesta ulang tahun temannya yang bernama Randi. Awalnya Nisa hanya meminta tebengan untuk datang bareng ke tempat pesta teman smp nya itu. Tapi kenyataannya, Rino bahkan mengantarkan Nisa pulang sampai ke rumahnya karena dengan alasan hari sudah larut malam dan tidak baik jika cewek pulang jam segitu sendirian. Berawal dari itu, Nisa jadi sering mengirim pesan melalui hapenya ke hape Rino.

Entah apa yang ada dipikiran cewek, tapi cowok mana yang gak ngerasa nyaman jika setiap hari ia diberi perhatian oleh seorang cewek yang tiba tiba muncul mengisi hari harinya itu. Rino juga heran kenapa ia tiba tiba mendapat sebuah pesan dari Nisa yang sekedar hanya mengucapkan “selamat pagi/malam”. Awalnya ia merasa ini semua biasa saja, namun lama kelamaan Rino seperti terbiasa dan ada yang kurang jika ia tidak mendapat pesan dari sahabatnya itu. Tanpa ia  sadari, ternyata ia merasakan sesuatu ‘perasaan’ yang ganjil di hatinya. Sebuah perasaan yang sebenarnya tidak pantas ia sebut perasaan kepada sahabatnya itu.

Berawal dari curhat curhat tentang cowok yang ia taksir tetapi ternyata jadian sama temen sekelasnya dulu, Nisa jadi suka cerita banyak tentang peristiwa dan kejadian sehari harinya bahkan hal hal yang gak penting buat dibahas. Sebagai cowok yang baik, Rino selalu mendengarkan apapun yang sahabatnya ceritakan itu dengan senang hati. Keadaan semakin membingungkan Rino saat ia ternyata dikirimi pesan untuk sekedar mengingatkan dia untuk jangan lupa makan dan sebagainya. Ini semua membuat Rino berfikir dan semakin yakin jika Nisa mulai ada feel dengan Rino.

Hari terus berganti, dan Rino semakin yakin dengan apa yang ia rasakan, perasaan ini sepertinya sudah punya tempat berlabuh jika melihat sikon yang ada sekarang. Terlalu cepat memang, baru berjalan sekitar 2 minggu semenjak Nisa mulai mengirimkan Rino pesan singkat. Tapi Rino pikir ia tidak boleh menunda apa yang ingin ia lakukan. Ia tak ingin semua nya terlambat seperti pengalamannya yang dulu dulu. Akhirnya sepulang sekolah Rino bergegas menuju kelas Nisa yang kebetulan sebelahan dengan kelas Rino. Tanpa pikir panjang Rino langsung mengajak Nisa pulang bareng. Nisa yang kebetulan hari ini tidak dijemput oleh ojek langganannya itu langsung meng iyakan ajakan sahabatnya itu.

Mereka tidak langsung pulang, Rino mengajak Nisa makan di tempat biasa Rino makan dengan mantan terkhirnya itu, Risya. Mereka mengobrol cukup banyak hingga lupa waktu. Tak terasa sudah pukul setengah 7 malam. Nisa sepertinya juga sudah mengajak Rino untuk pulang. Di perjalanan mereka sama sekali tidak mengobrol panjang lebar seperti tadi. Entah Nisa yang terlalu capek ataukah Rino yang daritadi sedang memikirkan suatu hal. Dan akhirnya sampailah mereka di depan rumah Nisa. Rino yang telah mempersiapkan semua itu mulai memberanikan diri berbicara dengan Nisa.

“Nis, sebenernya gue udah lama pengen ngomong kalo sebenernya gue…”. Nisa yang tadi diam kemudian terkejut dengan perkataan sahabatnya itu. “Mau ngomong apa No?”. Rino melanjutkan omongannya tadi yang sempet terpotong oleh rasa groginya itu. “Gue sebenernya suka sama lo, bahkan sayang.” Sambil mengeluarkan mawar putih yang daritadi ia sembunyikan di balik jaketnya itu. Nisa terlihat sedikit shock, ia tidak percaya kata kata itu muncul dari mulut sahabatnya, bahkan sahabat baiknya. Dengan muka penuh harap Rino mulai menunggu jawaban apa yang akan dijawab oleh Nisa.

“Gue gak bakal nyangka kalo kita bakal jadian, Nisa Rino jadian? Wow banget. Lo tau kan gue baru aja sakit hati karena cowok yang gue suka ternyata jadian sama temen sekelas gue dulu? Gue gak nyangka bakal secepet ini, butuh waktu..” jawab Nisa. “Iya, gue tau, tapi gue cuma mau ngeluarin apa yang ada di hati gue selama ini. Diterima atau engga itu urusan nanti. Yaudah gapapa kalo gabisa jawab sekarang, gue kasih waktu gimana, sampe besok.” Tanya Rino. Nisa tak menjawab apapun. “Nih gue mau lu nerima mawar ini sebagai tanda kalo gue mau serius sama lo” Rino berkata sambil member mawar itu ke tangan Nisa. “Maaf ya No, gue buat lu nunggu but makasih ya No mawarnya, gue suka banget” jawab Nisa sambil tersenyum. Akhirnya Rino pulang dengan perasaan yang acak adul, pikirannya tak kunjung tenang sampai ia mengetahui apa jawaban sahabatnya itu.

Esok hari, akhirnya tiba waktunya Rino mengetahui jawaban dari sahabatnya itu. Dengan perasaan deg deg an Rino membuka pesan singkat dari sahabatnya itu. “Maaf ya No, kayaknya kita emang lebih baik jadi sahabat aja deh. Buat semua perhatian yang gue kasih ke elo selama ini, maaf ya gue gak bermaksud php, gue cuma pengen lo jadi temen curhat gue karena waktu itu gue lagi patah hati dan butuh seseorang yang bisa gue curhatin, gue gak maksud sampe sejauh ini…”. Mendengar itu, hati Rino menjadi makin tak karuan. Ternyata semua yang telah ia bangun dan ia pikir telah pantas untuk dijalani bersama ternyata harus berakhir karena sebuah tindakan bodohnya semalam. Rino mencoba tegar menghadapi situasi ini tapi ternyata hati memang tidak bisa bohong, air mata menetes dan membasahi pipinya itu. Ia merasa telah dipermainkan oleh sahabatnya itu.

Kenapa rasa suka itu bisa muncul? Kenapa rasa sayang itu timbul jika ternyata hanya akan berakhir seperti ini? Kenapa jarang bahkan hampir tidak ada persahabatan antara cowok dengan cewek yang hanya menjadi sekedar sahabat? Mengapa pasti salah satu nya lama kelamaan akan muncul perasaan suka? Semua itu tak bisa dijelaskan oleh kata kata, hanya hati yang tau, hati yang pernah mengalami dan merasakan hasil dari akhir semua ini. Rasa yang bisa membuat sebuah persahabatan menjadi rusak seketika. Rasa yang dapat membuat kita jadi butuh waktu untuk mengembalikan semua ini kepada keadaan seperti semula.

Mendapatkan hadiah seperti mawar dari seseorang yang kita cintai memang hal yang paling indah. Tapi bagaimana jika belum pernah mendapatkannya dan ternyata mawar pertama yang ia terima justru bukan dari orang yang ia sukai? Akankah sama rasanya? Bahagianya bahkan indahnya? Entahlah, semua itu seperti tidak adil kedengarannya, tapi itulah kenyataannya. Semua sandiwara kehidupan ini, kitalah yang memegang kendali. Jika kita tidak tau bagaimana cara mengatasinya, kita semua pasti akan terjatuh pada kenyataan ‘PAHIT’nya kehidupan.

Pengalaman telah mengajarkan Rino bahwa dalam menjalani hidup janganlah mengambil keputusan dengan tergesa gesa. Biarkanlah semua itu mengalir apa adanya. Semua itu pasti akan berjalan baik jika kita sabar menunggu. Jika dalam bersabar itu kita merasa jenuh dan bosan, lakukanlah hal hal yang bahkan tak pernah anda pikirkan sebelumnya, karena ‘HIDUP TERLALU SINGKAT UNTUK HANYA MENJALANI RUTINITAS’.

Saturday, 3 August 2013

BAB 5 : PENANTIAN

              Terdiam ia di suatu pojok kamar. Matanya seperti melirik ke sebuah arah, hatinya resah seperti menunggu sesuatu yang tidak pasti kedatangannya. Langkah yang daritadi tidak ia pergunakan untuk melangkah untuk sekedar menghirup udara pagi yang segar. Ia hanya duduk terdiam disitu, dan daritadi ia hanya ditemani radio hitam kesayanannya itu yang dari tadi telah hidup dan sukses membuat ia semakin galau karena lagu lagunya yang memang bisa dibilang ‘cocok’ dengan suasana hatinya kali ini. Tangannya sesekali menggapai handphone yang dari tadi berada di sebelahnya itu untuk sekedar mengecek.


“Mawar mana sih?” kata kata itu yang dari tadi ada di pikiran cowok kelahiran Bengkulu itu. Ya, memang tidak seperti biasanya. Biasanya setiap pagi handphone Nano selalu dihiasi sebuah led merah dan ia tahu kalau itu tidak lain dan tidak bukan dari pujaan hatinya itu, si Mawar. Tapi kali ini jangankan sebuah pesan singkat sekedar mengucapkan “pagi” atau “good morning”,dari tadi malam saja ia tidak membalas pesan Nano yang sekedar mengucapkan “selamat tidur” atau semacamnya. Ini benar benar peristiwa yang amat ganjil, apakah Mawar sama sekali tidak ingat dan menyisihkan waktunya sebentar untuk sekedar membalas pesan singkat dari Nano atau ia memang sengaja tidak membalasnya. Yah entahlah…

Asal kalian tau, cowok suka gengsi kalau disuruh bbm gebetannya duluan. Prinsip cowok adalah kalau ia lebih ingin di kangenin cewek duluan padahal kenyataannya cowok punya tingkat ke kangenan yang lebih tinggi dari cewek. Gengsi. Ya itulah alasan mengapa Nano daritadi tidak memulai duluan sebuah percakapan pada pagi hari yang bagi ia merupakan pagi terburuknya. Ia lebih memilih menunggu. Jika cowok tidak mengirim pesan duluan ke kalian para cewek, ingatlah bukan berarti kami tidak peduli, tapi kami menunggu kalian para cewek agar kalian merasa kangen dan akhirnya mencari kami. Aneh ya, tapi ya itulah cowok.

Karena semakin siang dan led di handphone Nano tak kunjung berwarna merah, akhirnya Nano memutuskan untuk bergerak, ia mengirimkan pesan singkat sekedar mengucapkan “selamat pagi”. Tanda ceklis berubah menjadi “D” yang artinya pesan itu telah sukses sampai ke handphone Mawar. Sekarang ia tinggal menunggu, kemana gerangan Mawar pergi dan tidak ada kabar hingga sekarang. Sambil menunggu akhirnya ia melangkahkan kakinya yang daritadi tidak ia pergunakan sebagaimana mestinya. Ia beranjak dari tempatnya dan berlari kecil ke sebuah tempat yang biasa disebut dapur, untuk sekedar menyantap sarapan, sarapan yang bisa dibilang terlalu siang.

Di dapur ia melihat sebuah tudung makanan yang telah kosong, tidak ada makanan tersisa. Termyata ia salah telah melewatkan pagi itu. Sekarang ia tahu mengapa ia heran melihat tudung itu kosong. Karena biasanya ia melihat makanan selalu ada di dalam tudung itu meskipun hanya sekedar sisa sisa makanan semalam. Seperti juga hatinya saat ini, ia tahu mengapa terasa begitu kosong. Karena ia seperti kehilangan sosok yang biasa mengisi pagi bahkan hari harinya.  Sebuah kekosongan yang menyebakan hati terasa tidak seperti hati pada umumnya.

Hari semakin sore dan ternyata huruf “D” tetaplah menjadi “D”.  Tidak ada perubahan yang terasa dari tadi pagi. Hati Nano tetap resah dan kosong. Ia seperti menanti sebuah kepulangan seorang anaknya yang ia tunggu bertahun tahun yang ternyata belum pulang juga hingga petang. Hingga sekarang ia tidak tahu apa yang harus ia perbuat. Akhirnya Nano memutuskan untuk mengakhiri harinya dengan sebuah penantian sia sia. Ia tak tau lagi apa yang harus ia lakukan kini. Ia berharap jika besok ia terbangun dan membuka matanya, pesan singkat itu hadir lagi dan membuat hari harinya kembali seperti sebelum sebelumnya.

Ingin rasanya ia marah. Meluapkan semua kekecewaannya pada hari ini. Tapi marah kepada siapa?  Nano tidak berhak marah kepada orang itu. Mawar bukan siapa siapa bagi Nano. Mawar masih belum terikat siapa siapa dan ia berhak kemana saja. Ternyata salah membangun sebuah perasaan yang tidak pasti seperti ini. Semua terasa bebas datang dan pergi seperti sekarang ini. Sekarang ia tahu, bahwa cinta tidak hanya harus menggunakan mata. Tapi hati, ya hati yang membuat sebuah perasaan suka ini berubah menjadi cinta.