Nisa memang akhir akhir ini sedang dekat
dengan Rino. Semua berawal dari sebuah pesta ulang tahun temannya yang bernama
Randi. Awalnya Nisa hanya meminta tebengan untuk datang bareng ke tempat pesta
teman smp nya itu. Tapi kenyataannya, Rino bahkan mengantarkan Nisa pulang
sampai ke rumahnya karena dengan alasan hari sudah larut malam dan tidak baik
jika cewek pulang jam segitu sendirian. Berawal dari itu, Nisa jadi sering
mengirim pesan melalui hapenya ke hape Rino.
Entah apa yang ada dipikiran cewek, tapi
cowok mana yang gak ngerasa nyaman jika setiap hari ia diberi perhatian oleh
seorang cewek yang tiba tiba muncul mengisi hari harinya itu. Rino juga heran
kenapa ia tiba tiba mendapat sebuah pesan dari Nisa yang sekedar hanya mengucapkan
“selamat pagi/malam”. Awalnya ia merasa ini semua biasa saja, namun lama
kelamaan Rino seperti terbiasa dan ada yang kurang jika ia tidak mendapat pesan
dari sahabatnya itu. Tanpa ia sadari,
ternyata ia merasakan sesuatu ‘perasaan’ yang ganjil di hatinya. Sebuah
perasaan yang sebenarnya tidak pantas ia sebut perasaan kepada sahabatnya itu.
Berawal dari curhat curhat tentang cowok
yang ia taksir tetapi ternyata jadian sama temen sekelasnya dulu, Nisa jadi
suka cerita banyak tentang peristiwa dan kejadian sehari harinya bahkan hal hal
yang gak penting buat dibahas. Sebagai cowok yang baik, Rino selalu
mendengarkan apapun yang sahabatnya ceritakan itu dengan senang hati. Keadaan
semakin membingungkan Rino saat ia ternyata dikirimi pesan untuk sekedar
mengingatkan dia untuk jangan lupa makan dan sebagainya. Ini semua membuat Rino
berfikir dan semakin yakin jika Nisa mulai ada feel dengan Rino.
Hari terus berganti, dan Rino semakin
yakin dengan apa yang ia rasakan, perasaan ini sepertinya sudah punya tempat
berlabuh jika melihat sikon yang ada sekarang. Terlalu cepat memang, baru
berjalan sekitar 2 minggu semenjak Nisa mulai mengirimkan Rino pesan singkat.
Tapi Rino pikir ia tidak boleh menunda apa yang ingin ia lakukan. Ia tak ingin
semua nya terlambat seperti pengalamannya yang dulu dulu. Akhirnya sepulang
sekolah Rino bergegas menuju kelas Nisa yang kebetulan sebelahan dengan kelas
Rino. Tanpa pikir panjang Rino langsung mengajak Nisa pulang bareng. Nisa yang
kebetulan hari ini tidak dijemput oleh ojek langganannya itu langsung meng
iyakan ajakan sahabatnya itu.
Mereka tidak langsung pulang, Rino
mengajak Nisa makan di tempat biasa Rino makan dengan mantan terkhirnya itu,
Risya. Mereka mengobrol cukup banyak hingga lupa waktu. Tak terasa sudah pukul
setengah 7 malam. Nisa sepertinya juga sudah mengajak Rino untuk pulang. Di
perjalanan mereka sama sekali tidak mengobrol panjang lebar seperti tadi. Entah
Nisa yang terlalu capek ataukah Rino yang daritadi sedang memikirkan suatu hal.
Dan akhirnya sampailah mereka di depan rumah Nisa. Rino yang telah
mempersiapkan semua itu mulai memberanikan diri berbicara dengan Nisa.
“Nis, sebenernya gue udah lama pengen
ngomong kalo sebenernya gue…”. Nisa yang tadi diam kemudian terkejut dengan
perkataan sahabatnya itu. “Mau ngomong apa No?”. Rino melanjutkan omongannya
tadi yang sempet terpotong oleh rasa groginya itu. “Gue sebenernya suka sama
lo, bahkan sayang.” Sambil mengeluarkan mawar putih yang daritadi ia sembunyikan
di balik jaketnya itu. Nisa terlihat sedikit shock, ia tidak percaya kata kata
itu muncul dari mulut sahabatnya, bahkan sahabat baiknya. Dengan muka penuh
harap Rino mulai menunggu jawaban apa yang akan dijawab oleh Nisa.
“Gue gak bakal nyangka kalo kita bakal
jadian, Nisa Rino jadian? Wow banget. Lo tau kan gue baru aja sakit hati karena
cowok yang gue suka ternyata jadian sama temen sekelas gue dulu? Gue gak
nyangka bakal secepet ini, butuh waktu..” jawab Nisa. “Iya, gue tau, tapi gue cuma
mau ngeluarin apa yang ada di hati gue selama ini. Diterima atau engga itu
urusan nanti. Yaudah gapapa kalo gabisa jawab sekarang, gue kasih waktu gimana,
sampe besok.” Tanya Rino. Nisa tak menjawab apapun. “Nih gue mau lu nerima mawar
ini sebagai tanda kalo gue mau serius sama lo” Rino berkata sambil member mawar
itu ke tangan Nisa. “Maaf ya No, gue buat lu nunggu but makasih ya No mawarnya,
gue suka banget” jawab Nisa sambil tersenyum. Akhirnya Rino pulang dengan
perasaan yang acak adul, pikirannya tak kunjung tenang sampai ia mengetahui apa
jawaban sahabatnya itu.
Esok hari, akhirnya tiba waktunya Rino
mengetahui jawaban dari sahabatnya itu. Dengan perasaan deg deg an Rino membuka
pesan singkat dari sahabatnya itu. “Maaf ya No, kayaknya kita emang lebih baik
jadi sahabat aja deh. Buat semua perhatian yang gue kasih ke elo selama ini, maaf
ya gue gak bermaksud php, gue cuma pengen lo jadi temen curhat gue karena waktu
itu gue lagi patah hati dan butuh seseorang yang bisa gue curhatin, gue gak
maksud sampe sejauh ini…”. Mendengar itu, hati Rino menjadi makin tak karuan. Ternyata
semua yang telah ia bangun dan ia pikir telah pantas untuk dijalani bersama
ternyata harus berakhir karena sebuah tindakan bodohnya semalam. Rino mencoba
tegar menghadapi situasi ini tapi ternyata hati memang tidak bisa bohong, air
mata menetes dan membasahi pipinya itu. Ia merasa telah dipermainkan oleh
sahabatnya itu.
Kenapa rasa suka itu bisa muncul? Kenapa
rasa sayang itu timbul jika ternyata hanya akan berakhir seperti ini? Kenapa
jarang bahkan hampir tidak ada persahabatan antara cowok dengan cewek yang hanya
menjadi sekedar sahabat? Mengapa pasti salah satu nya lama kelamaan akan muncul
perasaan suka? Semua itu tak bisa dijelaskan oleh kata kata, hanya hati yang
tau, hati yang pernah mengalami dan merasakan hasil dari akhir semua ini. Rasa
yang bisa membuat sebuah persahabatan menjadi rusak seketika. Rasa yang dapat
membuat kita jadi butuh waktu untuk mengembalikan semua ini kepada keadaan
seperti semula.
Mendapatkan hadiah seperti mawar dari
seseorang yang kita cintai memang hal yang paling indah. Tapi bagaimana jika
belum pernah mendapatkannya dan ternyata mawar pertama yang ia terima justru
bukan dari orang yang ia sukai? Akankah sama rasanya? Bahagianya bahkan
indahnya? Entahlah, semua itu seperti tidak adil kedengarannya, tapi itulah
kenyataannya. Semua sandiwara kehidupan ini, kitalah yang memegang kendali. Jika
kita tidak tau bagaimana cara mengatasinya, kita semua pasti akan terjatuh pada
kenyataan ‘PAHIT’nya kehidupan.
Pengalaman telah mengajarkan Rino bahwa
dalam menjalani hidup janganlah mengambil keputusan dengan tergesa gesa. Biarkanlah
semua itu mengalir apa adanya. Semua itu pasti akan berjalan baik jika kita sabar
menunggu. Jika dalam bersabar itu kita merasa jenuh dan bosan, lakukanlah hal
hal yang bahkan tak pernah anda pikirkan sebelumnya, karena ‘HIDUP TERLALU SINGKAT
UNTUK HANYA MENJALANI RUTINITAS’.
No comments:
Post a Comment