Sang surya tampak telah menunjukkan
cahayanya pada pagi hari ini. Tanda dimana dimulailah hari hari baru bagi
sebagian manusia tak terkecuali Nano. Ini adalah awal dimana ia harus bisa
mencari sesuatu yang dapat membuat hari harinya menjadi ceria seperti dulu
lagi. Baru baru ini, gebetan barunya itu, Mawar ternyata telah memiliki
pelabuhan hatinya sendiri. Ia sepertinya sudah melupakan Nano. Ia seperti telah
menemukan jalur labuhnya sendiri, merusak jalur yang telah ia punya bersama
Nano. Tiba tiba saja tidak ada kabar atau apa Mawar jadian dengan seorang cowok
bernama Dhani, temen sekelasnya.
Seperti
mendapatkan undian dan siap siap menjadi milyader tetapi ternyata itu semua
hanyalah penipuan, Nano seperti mendapat sebuah ‘harapan palsu’ dari seseorang
yang baru baru ini ia kenal. Bodohnya, kenapa ia bisa menaruh hati pada gadis
yang ia sendiri tidak tahu bagaimana latar belakang dan sifat asli orang
tersebut. Mau tidak mau, cepat atau lambat dia harus segera melupakan Mawar,
bagaimana caranya itu.
Move
on. Dua kata seribu arti. Dua kata yang mudah untuk diucapkan tapi sangat sulit
untuk dilakukan. Dua kata yang dapat membuat suasana hati berubah seketika saat
tiba tiba terbayang akan kenangan yang indah bersama orang yang bersangkutan. Untungnya Nano tidak
terlalu banyak punya kenangan dengan Mawar, ketemu saja belum pernah apalagi
membuat kenangan indah seperti itu. Hanya momen momen saat vn an pada malam itu
saja yang membuat Nano merasa itulah menjadi momen terindah Nano dengannya.
Nano
mulai mencari kesibukan lain agar dia tidak mengingat ingat kembali tentang
Mawar. Memang sih saat sedang melakukan aktifitas, semua bisa terlupakan, tetapi
saat malam tiba dan hanya kesunyian malam yang menemanimu. Ingatan itu muncul
kembali. Kalau sudah begini siapa yang salah? Tidak ada yang salah, hanya hati
yang terlalu cepat jatuh kedalam sebuah ilusi yang dinamakan cinta. Cinta yang
berujung pada sebuah dilema yang mendalam.
“Namun tiba-tiba kau
ada yang punya.. hati ini terluka..” terdengar sepotong lirik lagu itu dari
radio hitam di atas meja coklat yang Nano setel dari tadi. Ya, lagu dari band hivi
yang sangat mewakili perasaannya pada malam hari itu. Entah kenapa lirik
lagunya begitu pas di telinga Nano. Ia menjadi semakin teringat Mawar. Ia
akhirnya mencoba melupakan itu dengan sesekali memejamkan mata untuk sekedar
mencoba untuk terlelap di waktu yang masih terbilang cukup ‘pagi’ yaitu jam 8
malam. Setelah cukup lama memejamkan mata dan dengan adanya sedikit ‘paksaan’
akhirnya Nano pun terlelap dan seketika ia melupakan segalanya. Kejadian yang
menimpanya baru baru ini, ya paling tidak sampai 8 jam kedepan.
“Pukul enam lebih lima
puluh pagi”
Kaki panjang itu terus melangkah dan 'dipaksa' diayunkan menelusuri lorong sekolah dan tibalah ia di sebuah sudut sekolah dan ia mulai menaiki anak tangga satu demi satu yang akan mengantarkan ia ke sebuah ruangan yang ia sebut kelas.
Suara hentakkan kaki yang semakin lama semakin cepat iramanya ternyata sudah
terdengar oleh Pak Han. Guru Kimia yang telah masuk daritadi dan memang
mengajar pada jam pertama hari itu. “Masih berani kamu masuk kelas bapak?” ujar
Pak Han yang dari tadi menulis soal di papan tulis dan tiba tiba berhenti
karena mendengar suara hentakkan kaki Nano. “Anu pak tadi…” belum sempat Nano
menjawab tiba tiba kalmat itu dipotong oleh pak Han. “Sudah jam berapa ini?
Sudah kamu berdiri di luar kelas sampai pelajaran bapak selesai!”. Sepertinya
langkah yang sudah ia hentakkan tadi dengan sangat cepat tidak berbuah apa apa kalau berhadapan dengan Pak Han, ia tetap dianggap terlambat. “Bagaimana bisa sih gue terlambat padahal tadi
malam gue kan tidur jam 8?” gumamnya dalam hati, sambil berjalan keluar kelas.
Hari
itu tampak aneh dan berbeda, sejak pagi tadi ia tidak melihat sahabatnya, Surya. Biasanya
jam istirahat seperti ini mereka berdua sedang menikmati semangkuk bakso Mas
Agus di kantin sekolahan. “Ah apa gue samperin aja kali ya ke kelasnya”
pikirnya dalam hati. Akhirnya dengan mangkok yang masih berisi setengah bakso dan mulut yang masih menguncah ia buru buru meninggalkan kantin dan berjalanlah ia ke sebuah tempat. Tibalah ia di depan kelas dua belas ipa satu. Tempat dimana
sahabatnya itu berada. Akhirnya, setelah bertanya kepada teman sekelasnya ternyata hari
itu Surya tidak masuk karena izin. Tidak seperti biasanya sahabatnya itu izin dan tidak memberitahukannya.
Dari
dua belas ipa satu, ia menuju ke kelas dua belas ipa empat yang tidak lain
adalah kelasnya sendiri. Tampak pintu yang terbuka lebar tetapi kelas tampak kosong karena memang biasanya para siswa sedang keluar ke kantin pada jam istirahat atau keluar sekedar mencari udara segar setelah belajar pelajaran kimia Pak Han. “Lika? Lo gak ke Kantin?” tanya
Nano yang ternyata melihat hanya ada Lika di kelas itu sedang duduk dan
sepertinya sedang melakukan sesuatu. “Eh elu No, enggak nih, gue lagi hemat nih
mau nabung” ujar Lika yang sedikit kaget atas kedatangan Nano yang tiba-tiba. Nano pun menghampiri Lika dan duduk di bangku sebelah Lika yang kosong. “Suka
baca buku juga ternyata anak saman, buku apaan tuh?” ujar Nano sedikit meledek
Lika yang daritadi asik membaca buku yang lumayan tebal. “Suka dong, hehe
ininih novel best sellernya raditya dika, yang Manusia Setengah Salmon lucu
parah” sambil menunjukan cover buku yang ia baca. “Gue kira anak saman cuma bisa
nepok tangan, dada, sama paha doang, haha” ledek Nano sambil tertawa kecil. Lika hanya bisa tersenyum dan tidak sengaja melihat ke arah mata Nano. Tak disangka ternyata Nano juga sedang melihat ke arah mata Lika. Lika yang salting langsung 'membuang muka' dan melanjutkan membaca. Tak
terasa Nano dan Lika mengobrol cukup banyak hari itu.
Tak
terasa berkat Lika, Nano sudah sedikit demi sedikit bisa melupakan semua hal
tentang Mawar. Berkat obrolan seru nya dengan Lika tadi saat istirahat Nano
sudah bisa ‘setidaknya’ bisa tertawa hari itu. Sebuah titik terang yang ia
temukan kembali saat ia telah terpuruk kedalam lubang hitam yang dalam. Sebuah
pemanis yang ia rasakan disaat lidah sudah tidak bisa merasakan 'rasa' kecuali rasa pahit. ‘Patah hati karena cewek ya obatnya cuma satu, ya cewek lagi’ sepertinya pepatah
itu cocok dengan apa yang terjadi dengen Nano hari ini.
No comments:
Post a Comment