Thursday, 24 April 2014

CDD

Banyak hal di dunia ini yang tidak bisa diutarakan lewat kata kata. Seringnya bukan karena kita tidak bisa untuk mengatakannya, tetapi takut akan apa yang akan kita dapat setelah kita mengatakan apa yang kita katakan tersebut. Hidup adalah pilihan, berani berkata kata berarti berani mengambil resiko yang memang sudah kodratnya manusia untuk memilih. Contohnya seperti cinta diam diam.

Cinta diam diam (CDD) adalah perasaan suka yang tumbuh menjadi cinta secara perlahan, melalui perantara hati yang salah. Banyak mereka yang mengalami CDD, dan berakhir pada luka yang entah sampai kapan sembuhnya.

Sebagian yang pernah merasakan cinta pasti tau, bagaimana proses seseorang dalam menjalin asmara dengan taget yang ia sukai. Ya, pastinya semua berawal dari keberanian (nekat sih sebenernya), pengakuan perasaan (gambling nih), lalu berakhir pada konfirmasi dari taget yang diincar (syukur deh kalo diterima).

Pengakuan itu pun sangat sederhana, misalnya : "Gue suka sama lo. Lo mau gak jadi babu gue? *loohh?* maap maap gak fokus-_- maksudnya "lo mau gak jadi pacar gue?" dan (biasanya) kita hanya menunggu beberapa detik untuk mendapatkan jawaban. Tapi gak menutup kemungkinan, bisa nunggu jawaban sampai berminggu-minggu, berbulan-bulan, bertahun-tahun, bahkan berabad-abad (oke yang terakhir lupakan-_-). Ya apa lagi kalau bukan penolakan secara halus, seperti : "Uhm.. pikir pikir dulu deh ya, maaf"
Dan respon yang paling sering muncul adalah pelaku CDD seketika jleb dan bahkan hening
.......
"duh diterima gak ya?"
KRIK, KRIK, KRIK (seketika suara jangkrik muncul)
.......

Tapi ternyata cinta diam diam ada sisi positif nya juga loh, yaitu cinta diam-diam tak akan melibatkan banyak korban, karena aktifitas ini hanya membutuhkan satu korban untuk dihancurkan hatinya. Siapa lagi korbannya kalau tidak lain dan tidak bukan adalah si pelaku CDD itu sendiri. (positif?)

Banyak aktivitas 'percuma' yang mereka anggap menyenangkan, seperti mengamati setiap gerak-gerik seseorang yang ia jadikan target baik itu lewat pengamatan langsung atau lewat medsos atau biasa disebut KEPO.
Bahkan si pelaku CDD ini sangat mendetail apapun yang dilakukan dan apapun yang telah dilakukan.

Kesimpulannya, pada dasarnya sang pelaku CDD akan melakukan apa saja, demi mendapatkan detail itu sendiri, bahkan sampai rela mengorbankan waktunya sendiri hanya untuk mendapatkan detail kecil itu, lalu menggabungkan pada suatu folder yang disebut perhatian. Ya bagi mereka, aktivitas tersebut adalah suatu perhatian. Padahal secara kasat mata, semua hal yang mereka lakukan itu menjijikan. Mendetail suatu masalah, lalu membuat suatu kesimpulan yang sama sekali gak ada hasilnya
Miris.



written by : @farhaidar

Thursday, 17 April 2014

interNATIONAL EXAM

“Eh cara bacanya gimana nih? Rapihin dong…”

“Liat cluenya terus cari yang sama soal lo..”

“Tembus gak nih?”

“Kipasnya 3 dong, panas banget nih..”

“Ahhh salah masukin paket gue, siaaal...”

“Tai, gak tembus jing, ngasal banyak gue jadinya.”


You know what I mean kan? (yang ngerti berarti masa SMA lo ga jelek jelek amat)
Yep, penggalan kalimat diatas emang bisa lo temuin pas masa masa UN SMA kayak gini.
Memang sih Ujian Nasional telah berlalu, buat sebagian lo mungkin ada yang berbahagia karena sukses mengerjakan semua soal dengan baik (tipe tipe admin banget nih kayanya, halaah-_- hehe) tapi ada juga yang malah menimbulkan rasa sedih, menyesal, bahkan deg deg an menanti hasil yang tak pasti ini. Tapi UN tahun ini memang meninggalkan beberapa kesan baik dan bahkan jelek (banyakan jeleknya sih) yang membuat UN tahun ini berbeda dari tahun tahun lalu. Diantaranya :


1. Soal UN tahun ini bisa dibilang berstandar internasional yang setara dengan soal PISA & TIMSS dengan persentase soal yang sulit sebanyak 20 persen dari jumlah soal yang ada dan itu TANPA DISOSIALISASIKAN DENGAN PESERTA UJIAN TERLEBIH DAHULU.

2.Terdapatnya unsur politik didalam soal khususnya soal Bahasa Indonesia yang membahas tentang riwayat Jokowi dan dinilai telah melanggar peraturan kampanye karena kebetulan sebentar lagi akan diadakan pemilu presiden.

3. Pada Listening mata pelajaran Bahasa Inggris biasanya speaker (yang ngomong di listening) menggunakan aksen Inggris atau British, tapi sekarang beda karena menggunakan aksen Irish yang menurut kami para peserta sedikit (atau bahkan lebih) sulit untuk dicerna karena memang gaya bahasa dan kecepatan berbicara yang masih asing bagi telinga kami.

4. Rumornya tahun ini UN dibuat lebih dari 20 paket, entah benar atau tidak yang jelas satu ruangan memang tidak ada yang sama seperti tahun lalu.


Ujian Nasional yang seharusnya menjadi Ujian standar/dasar untuk membuktikan hasil belajar selama duduk dibangku SMA tiba tiba harus diganti atau diubah menjadi soal INTERNASIONAL yang kami sendiri tidak tahu akan keluar. Tidak semua peserta memiliki otak dan kemampuan yang setara dengan soal olimpiade dan internasional tersebut. Sia-sia kah kami belajar dari pagi, pulang PM, Les/bimbel, ngerjain tugas, lembur, besok masuk lagi, kalau ternyata sebagian soal yang keluar ternyata diluar prediksi kami? Katanya demi menaikan level pendidikan nasional? Semakin MEMBOBROKAN nilai peserta ujian sih iya.  

Masih kurangkah angkatan kami dijadikan kelinci percobaan oleh Mendikbud? Kelas 6 awal mula UASBN, Kelas 9 awal mula UN 5 paket, UN 2014 awal mula soal Internasional. Tidakkah mereka belajar dari kesalahan masa lalu UN yang dinilai gagal karena menggunakan 20 paket?  Pentingkah sebuah ujian nasional yang kelulusannya hanya ditentukan oleh 3 hari daripada 3 tahun? KAMI BERHARAP MENDIKBUD LEBIH MENGERTI KAMI.





written by : @farhaidar