“Noo,
makanan kesukaan kamu udah jadi nih”
Terdengar suara wanita paruh baya yang tidak asing lagi di telinga
Nano. Ya, suara bunda. Kesibukan Nano pun terhenti seketika dan mulai menuju
suara itu berasal. Pemuda 17 tahun itu pun keluar dari kamarnya dengan pakaian
rapih kemeja dengan jeans hitam sambil menjinjing tas biru dongker
kesayangannya itu. “Iya ma otw nih”. Nano yang menuruni tangga sambil mengambil
langkah besar langsung menuju ke meja makan yang tidak jauh dari dapur
tersebut. Dengan cepat Nano menghabiskan Spagheti Bolognise yang masih panas
tersebut. “Buru buru banget kamu No, mau kemana?” ujar mama heran. “Les kan ma,
hari ini ada try out buat persiapan UAS” ujar Nano cepat sambil mengambil
tangan bundanya itu seraya ingin salim dan pamit. “Assalamualaikum”.
“Waalaikumsalam” ujar bunda sambil menampakkan senyumnya yang sudah keliatan
tak muda lagi itu.
Diluar
sudah ada Nino dan Nani, adik Nano. Nino, dengan gaya potongan rambut mangkok
yang lurus, serta badan yang kurus, dan tinggi yang hampir sama dengan Nani
yang mempunyai rambut yang rada ikal dan perut lumayan gendut itu pun melihat
abangnya yang tergesa-gesa itu. “Abang pergi dulu ya” ujar Nano sambil langsung
pergi dengan vespa putih kesayangannya itu.
Tempat
yang terlihat kokoh dengan bangunan tingkat tiga yang dipenuhi dengan spanduk
dan sedikit coretan. Ya, itulah tempat dimana Nano les. Nano langsung memarkir
motornya dan bergegas masuk. Ternyata benar disana sudah ramai. Nano langsung
menuju ruangan yang berada di lantai 2. Untung try outnya baru akan dimulai 5
menit lagi saat Nano memasuki ruangannya itu. Ruangan yang tidak terlalu besar,
hanya 3x7 meter, dengan karpet sebagai alasnya, kursi yang sudah disusun rapi
serta dinding yang ‘lumayan banyak’ terdapat coretan dari anak yang tidak
bertanggung jawab.
Perhatian
Nano saat memasuki ruangan itu cuma satu. Tidak lain dan bukan adalah Dina, ya
Dina yang dari tadi melihat ke arah Nano saat ia baru dating membuat Nano
menjadi salting. Dina, gadis yang sebaya dengan Nano, badan yang tinggi dan
kurus serta dengan kerudung hitam serta lesung pipit serta gigi yang dihiasi
dengan behel manambah manis senyuman yang ia pancarkan dan sempat membuat Nano
‘buta’ selama beberapa bulan terakhir.
Pendekatan
atau bahasa gaulnya pdkt dimulai dengan mendapatkan pin bb nya dari seorang
temen Nano yang kebetulan satu sekolah dengan Dina. Dengan modal nekat dan basa
basi membicarakan masalah les pun awalnya berbuah manis. Nano dan Dina jadi
sering bbm an. Saking seringnya Nano sampai tahu kebiasaan Dina tersebut. Jika
bbm an diatas jam 10 malam pasti bbm Nano tidak dibalas, karena biasanya jam
segitu Dina sudah bobo cantik. Singkat cerita, 2 bulan sudah Nano mencoba
mendapatkan hati gadis berlesung pipit itu, tapi lampu hijau tak kunjung
datang. Akhir akhir ini Nano baru menyadari bahwa ternyata Nano terjebak
Friendzone dengan Dina. Dina selama ini hanya menganggap Nano sebagai teman
bahkan sahabat tidak lebih. Meskipun begitu hubungan Nano dan Dina sampai
sekrang masih terbilang baik baik saja meskipun akhir akhir ini sudah jarang
bbm an.
Nano
duduk di bangku paling belakang di dalam ruangan itu. Sambil menunggu try out
dimulai, Nano menyapa teman yang berada di sampingnya. Namanya Azhar. Dia
tampak asik sedang mengutak atik handphone barunya itu. Nano yang terkenal
dengan kekepoannya itu langsung bertanya kepada temannya itu. “Zar, liat apaan
sih?”. “Oh gue gak sadar elu ada disini No, haha engga nih lagi iseng iseng
buka instagram aja” ujar Azhar yang kaget tiba tiba Nano ada disampingnya. Makin
kepo, Nano pun langsung merangkul temannya itu sambil melihat apa yang temannya
itu lihat dari tadi. Seperti orang homo yang sedang asik nonton sesuatu di
pojokan belakang, sukses membuat suasana ramai ruangan itu menjadi semakin
absurd. Dina yang dari asik membetulkan kerudungnya itu sesekali melihat ke
arah Nano dan Azhar sambil senyum senyum kecil.
Jempol
yang dari tadi asik menyelusuri timeline salah satu socmed yang sedang booming
itu, Instagram, tiba tiba membuat Nano melihat sesuatu yang membuat Nano
terdiam. “Eh zar coba balik ke atas tadi deh” ujar Nano seraya penasaran. Azhar
pun menuruti permintaan temannya itu. Jempol itu berhenti pada sebuah foto, tampak seorang
gadis yang seumuran dengan Nano. Dengan format foto yang lagi booming saat itu,
frame yang dibagi empat. Dengan kulit putih, rambut dicepol, lidah melet dan
tangan membentuk peace sukses membuat Nano terdiam cukup lama.
Nano
seperti terjebak sebuah cinta pada pandangan pertama. Atau hanya perasaan suka
saja, Nano tidak tau, yang ia tau ia seperti baru saja melihat bidadari yang
baru turun dari khayangan. Pikiran Nano langsung dipenuhi dengan pertanyaan
“siapakah gerangan gadis manis itu?”. Pertanyaan Nano harus disimpan dulu
karena ternyata pengajar yang dari tadi tak Nano sadari telah masuk dan
membagikan soal try out. Masa bodoh dengan dia sadar atau tidak bahwa pengajar
itu sudah datang atau belum, yang ia sadar saat ini, ia baru saja di butakan
oleh sebuah foto 5x10cm yang ada di hape temannya itu. Baru setelah 5 menit
mencerna semua rasa itu, ia baru sadar bahwa ia baru saja terserang “LOVE AT FIRST SIGHT”.
No comments:
Post a Comment