Wednesday, 31 July 2013

BAB 4 : PERUBAHAN

                 Jatuh Cinta memang dapat membuat orang menjadi lupa segala galanya. Itulah yang sedang dirasakan Nano sekarang. Pandangan kosong kedepan, melamun memikirkan seseorang yang sampai sekarang bahkan belum pernah ia temui secara langsung. Seseorang yang sekarang meingisi hari hari Nano. Yang membuat handphone nya tidak pernah sepi. Ucapan selamat pagi dan malam selalu menjadi kegiatan rutin sebelum mereka hendak bangun dan tidur. Masa masa pdkt memang masa masa paling indah.


Efek samping itu sampai terbawa ke sekolah. Akhir akhir ini ia jadi sering melamun dan memainkan handphonenya saat pelajaran berlangsung untuk sekedar membalas pesan singkat dari Mawar “sedang apa kak?” atau “lagi belajar apa kak?”. Pernah suatu ketika, saat pelajaran Fisika, guru yang mengajar memang terkenal galak. Memang lagi apes atau apa, tiba tiba Nano dipanggil dan disuruh mengerjakan sebuah soal ke depan. Nano yang daritadi asik memegang blackberry curve kesayangannya itu kaget.

Dulu ia memang terkenal siswa yang yang lumayan pintar. Jadi teman temannya tak heran jika Nano maju ke depan dan bisa mengerjakan soal itu dengan lancar. Tapi kini berbeda, ia sama sekali tak mengerti apa yang akan ia kerjakan. Spidol yang daritadi dipegangnya tak kunjung ia goreskan ke papan tulis yang masih kosong itu. Tak seperti biasanya, sangat jarang momen ini di temukan. Akhirnya Nano mengatakan bahwa ia tidak bisa mengerjakan soal itu. Semua berubah, semenjak ia mengenal gadis instagram itu. Nano jadi lebih mementingkan sebuah percakapan yang ia sendiri tidak tau akhirnya dan kepada siapa ia bercakap ketimbang belajar seperti yang biasanya ia lakukan.

Saat istirahat pun, sekarang ia lebih memilih tinggal diam di kelas sambil asik memainkan handphonenya daripada ngumpul dengan teman temannya di kantin. Tiba tiba Lika, teman sekelas Nano muncul. Ia sepertinya habis dari kantin karena ia telah menenteng jajanan bungkusan somay dan es jeruk ditangannya. Dia menuju kearah bangku Nano. “No, lu kenapa dah tadi tumben banget?” tanya Lika. Nano yang asik membalas pesan singkat dari doi barunya itu tidak menghiraukan pertanyaan Lika yang dari tadi berdiri di depannya itu. “Woi No, lu denger gue ga sih?” dengan nada yang sedikit keras. “Eh iya, kenapa? Loh elu ternyata Lik” jawab Nano setengah kaget.

Lika, teman sekelas Nano. Dia adalah ketua ekstakulikuler saman di sekolah. Dia pendek, dengan rambut hitam terurai, gigi berbehel dan yang paling penting, menurut teman teman di kelas dia itu manis banget. Tapi Nano melihat Lika biasa saja. Tidak ada perasaan apa apa kepadanya. Teman teman kelas cowok suka iri kepada Nano karena Lika kadang kadang suka care pada Nano tentang sesuatu yang kadang masuk kategori gak penting buat di bahas. Entahlah semua itu hanya Tuhan dan Lika yang tau, perasaan siapa yang tau kan?

“Engga kenapa kenapa kok Lik, gue lagi ga enak badan aja” sebuah jawaban standar yang biasa dilontarkan cowok jika ia sudah malas menjawab jika ditanya tentang keadaannya. Entah Nano tidak peka atau tidak, sebuah pertanyaan tadi adalah sebuah pertanyaan peduli yang dilontarkan tulus dari hati. Nano seperti tidak peduli dengan perasaan dan perhatian yang diberikan pada Lika. Yang ada di pikirannya kali Cuma Mawar, Mawar, dan Mawar.

Efek samping tidak hanya di rasakan di sekolah saja, di rumah pun ternyata sama. Nano jadi jarang keluar kamar. Jika disuruh makan oleh mamanya, ia kadang suka malas. Dan ia juga jadi suka tidur larut malam cuma gara gara membalas pesan singkat dari doinya. Ini semua jelas jelas telah membuat hidup Nano berubah tiga ratus enam puluh derajat, mungkin bahkan lebih. Entahlah… semua terlihat baik baik saja sampai sekarang. Biarkanlah semua perasaan ini mengalir indah begitu saja seperti seorang penulis yang sedang menuangkan semua ide nya kedalam cerita yang sedang ia buat, yang perlu dilakuin hanya menikmati permainan hidup ini, sebelum semua itu menghilang dan pergi begitu saja tanpa meninggalkan jejak dan menampakkan batang hidungnya.

No comments:

Post a Comment