Efek samping itu sampai
terbawa ke sekolah. Akhir akhir ini ia jadi sering melamun dan memainkan
handphonenya saat pelajaran berlangsung untuk sekedar membalas pesan singkat
dari Mawar “sedang apa kak?” atau “lagi belajar apa kak?”. Pernah suatu ketika,
saat pelajaran Fisika, guru yang mengajar memang terkenal galak. Memang lagi
apes atau apa, tiba tiba Nano dipanggil dan disuruh mengerjakan sebuah soal ke
depan. Nano yang daritadi asik memegang blackberry curve kesayangannya itu
kaget.
Dulu ia memang terkenal
siswa yang yang lumayan pintar. Jadi teman temannya tak heran jika Nano maju ke
depan dan bisa mengerjakan soal itu dengan lancar. Tapi kini berbeda, ia sama
sekali tak mengerti apa yang akan ia kerjakan. Spidol yang daritadi dipegangnya
tak kunjung ia goreskan ke papan tulis yang masih kosong itu. Tak seperti
biasanya, sangat jarang momen ini di temukan. Akhirnya Nano mengatakan bahwa ia
tidak bisa mengerjakan soal itu. Semua berubah, semenjak ia mengenal gadis
instagram itu. Nano jadi lebih mementingkan sebuah percakapan yang ia sendiri
tidak tau akhirnya dan kepada siapa ia bercakap ketimbang belajar seperti yang
biasanya ia lakukan.
Saat istirahat pun,
sekarang ia lebih memilih tinggal diam di kelas sambil asik memainkan
handphonenya daripada ngumpul dengan teman temannya di kantin. Tiba tiba Lika,
teman sekelas Nano muncul. Ia sepertinya habis dari kantin karena ia telah menenteng
jajanan bungkusan somay dan es jeruk ditangannya. Dia menuju kearah bangku
Nano. “No, lu kenapa dah tadi tumben banget?” tanya Lika. Nano yang asik
membalas pesan singkat dari doi barunya itu tidak menghiraukan pertanyaan Lika
yang dari tadi berdiri di depannya itu. “Woi No, lu denger gue ga sih?” dengan
nada yang sedikit keras. “Eh iya, kenapa? Loh elu ternyata Lik” jawab Nano
setengah kaget.
Lika, teman sekelas
Nano. Dia adalah ketua ekstakulikuler saman di sekolah. Dia pendek, dengan
rambut hitam terurai, gigi berbehel dan yang paling penting, menurut teman
teman di kelas dia itu manis banget. Tapi Nano melihat Lika biasa saja. Tidak
ada perasaan apa apa kepadanya. Teman teman kelas cowok suka iri kepada Nano
karena Lika kadang kadang suka care pada Nano tentang sesuatu yang kadang masuk
kategori gak penting buat di bahas. Entahlah semua itu hanya Tuhan dan Lika
yang tau, perasaan siapa yang tau kan?
“Engga kenapa kenapa
kok Lik, gue lagi ga enak badan aja” sebuah jawaban standar yang biasa
dilontarkan cowok jika ia sudah malas menjawab jika ditanya tentang keadaannya.
Entah Nano tidak peka atau tidak, sebuah pertanyaan tadi adalah sebuah
pertanyaan peduli yang dilontarkan tulus dari hati. Nano seperti tidak peduli
dengan perasaan dan perhatian yang diberikan pada Lika. Yang ada di pikirannya
kali Cuma Mawar, Mawar, dan Mawar.
Efek samping tidak
hanya di rasakan di sekolah saja, di rumah pun ternyata sama. Nano jadi jarang
keluar kamar. Jika disuruh makan oleh mamanya, ia kadang suka malas. Dan ia
juga jadi suka tidur larut malam cuma gara gara membalas pesan singkat dari
doinya. Ini semua jelas jelas telah membuat hidup Nano berubah tiga ratus enam
puluh derajat, mungkin bahkan lebih. Entahlah… semua terlihat baik baik saja
sampai sekarang. Biarkanlah semua perasaan ini mengalir indah begitu saja
seperti seorang penulis yang sedang menuangkan semua ide nya kedalam cerita
yang sedang ia buat, yang perlu dilakuin hanya menikmati permainan hidup ini,
sebelum semua itu menghilang dan pergi begitu saja tanpa meninggalkan jejak dan
menampakkan batang hidungnya.
No comments:
Post a Comment